Maret 07 2015 0Comment

Biologi dan Ekologi Ikan Nila

Ikan Nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar, makanannya adalah plankton sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga dapat dikatakan pemakan segala ( omnivora ) Ikan ini dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air dan juga merupakan salah satu komoditas unggulan disebabkan oleh teknologi yang sudah dikuasai dan berkembang di masyarakat, peluang pasar ekspor tinggi, serapan pasar dalam negeri cukup besar, dan permodalan relatif rendah. Kegiatan budidaya yang sudah populer ini menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil Ikan Nila terbesar ke-3 sesudah Cina dan Mesir.

Ikan Nila di introduksi dari Afrika dan di datangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Ikan Air Tawar pada tahun 1969 setahun kemudian setelah melalui masa penelitian dan adaptasi barulah ikan ini di sebarkan luaskan kepada pembudidaya ke seluruh wilayah Indonesia dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia. Pemberian nama Ikan Nila tersebut berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan 1972. Nama tersebut diambil dari nama spesiesnya  yakni Nilotica yang kemudian di ubah menjadi Nila.

Nama Nilotica menunjukan daerah asal ikan ini yaitu sungai Nil di Benua Afrika, habitat asalnya adalah perairan hulu sunga Nil di negara Uganda. Kemudian secara alami berkembang dan bermigrasi di perairan hilir sungai melewati Danau Raft dan Danau Tanganyika sampai ke Mesir ( sepanjang sungai Nil ) Ikan Nila juga terdapat di Afrika Tengah dan Barat , populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Negara Chad dan Nigeria dan telah tersebar sampai ke lima benua walaupun habitat yang di sukai adalah daerah tropis (Gustiano,2005)

Klasifikasi

Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan nila asalah sebagai berikut :

isi paragraf

Filum         : Vertebrata

Kelas          : Osteoichthyes

Sub Kelas  : Acanthopterygii

Ordo          : Percomorphi

Famili        : Ciclidae

Genus        : Oreochromis

Species      : Oreochromis niloticus

Strain Ikan Nila :

Oreochromis Niloticus Baringoensis, Oreochromis Niloticus Cancellatus, Oreochromis Niloticus Eduardianus, Oreochromis Niloticus Filoa, Oreochromis Niloticus Niloticus, Oreochromis Niloticus Sugutae, Oreochromis Niloticus Tana, Oreochromis Niloticus Vulcani.

Awalnya ikan nila diberi nama Tilapia Nilotica, ikan ini di golongkan ke dalam Genus Tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam mulut induknya dalam perkembangan para pakar perikanan menggolongkan Ikan Nila ke dalam jenis Sarotherodon Niloticus atau kelompok Ikan Tilapia yang mengerami telur dan larvanya di dalam mulut induk jantan dan betinanya. Akhirnya diketahui bahwa yang mengerami telur dan larvanya ikan nila hanya induk betinanya saja. Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah Ikan Nila adalah Oreochromis Niloticus atau Oreochromis Sp ( Ghufran, 2003 )

Ciri Morfologis :

seperti ikan pada umumnya Ikan Nila memiliki lima buah sirip yakni sirip punggung (Dorsal Fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang dari bagian dorsal tutup insang hingga bagian dorsal sirip ekor. ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil, sirip anus hanya satu buah dan bentuknya agak  memanjang  , sirip ekor bentuknya membulat dan hanya berjumlah satu buah. tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa corak  agak gelap melintang vertical, corak tersebut memudar saat ikan menjelang dewasa, ekor bergaris-garis tegak, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna kemerahan atau kekuningan ketika musim memijah.

Oreochromis Niloticus memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan Oreochromis Mossambicus dengan perbandingan antara panjang dan tinggi adalah 3 : 1 dan pada tubuhnya terdaqpat 10 garis vertical , pada sirip ekor terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya  berwarna kemerah merahan, mata tampak rada menonjol dan membesar, letak mulut di ujung tubuh, posisi sirip terhadap sirip dada adalah Thorasic, tipe sisik adalah stenoid atau sisir sisik, rumus jari-jari adalah P.XVII -13;V.1-5;A.11-10  dan C.18 (Sugiarto dalam Arthana dan Aryhana 1992). Ikan Jantan dan betina dapat dibedakan dari alat kelaminnya. Alat kelamin jantan berupa tonjolan yang agak meruncing yang letaknya di belakang anus., alat kelamin ini mempunyai  1 lubang yang berfungsi ganda yaitu sebagai saluran  tempat keluarnya sperma dan urin, alat kelamin betina berupa tonjolan yang tidak runcing, alat kelamin ini mempunyai lubang geninital dan lubang saluran urin yang terpisah (Dharma dan Subagyo, 1994) Ikan jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar dari ikan betina.

Ciri khas pada pada induk jantan antara lain adalah seluruh tubuhnya berwarna lebih kontras dibandingkan dengan betinanya, kecuali warna putih di bagian dagu dan perut merah cerah pada ujung sirip punggung, sirip dada dan sirip ekor, sebaliknya pada induk betina warna tubuhnya ke abu-abuan dan pada individu yang lebih besar, sedikit warna merah sering terlihat di ujung sirip ekor (Hofsede, 1952)

Reproduksi

Ikan nila termasuk ikan yang mudah berkembang biak , ikan ini dapat hidup baik di perairan tawar, payau maupun laut (Watanabe, 1985). Ikan Nila mulai memijah sejak umur 6 Bulan, sebelum memijah ikan jantan membuat sarang terlebih dahulu dengan diameter 35-60 cm , ikan betina mengeluarkan telur dan langsung di buahi oleh ikan jantan, setelah selesai pemijahan ikan jantan mencari ikan betina lain, sedangkan ikan betina yang sudah bertelur langsung memasukan telurnya secara bertahap ke dalam mulutnya, telur-telur di putar dalam mulutnya dengan memanfaatkan arus lair yang di gerakan dengan rahang dan tutup insang, setelah 3-4 hari telur akan menetas pada suhu 27-32 c. Daya tetas telur dan percepatan perkembangannya dipengaruhi oleh suhu air, apabila suhu rendah daya tetas dan perkembangannya juga rendah. Dari hasil pengamatan pada suhu 18 c telur dapat menetas dalam waktu 7 hari. (Nussbaum dan Chervinski 1968) mengamati bahawa Tilapia Nilotica dapat berkembang pada kondisi suhu 37 c perkembangan embrio dan larva lebih cepat daripada suhu 27 c setelah menetas larva ikan masih di asuh dimulut induknya sampai persediaan makanannya habis (yolksac) sekitar 1–12 hari.

Dalam budidaya perikanan reproduksi pada ikan nila sangat bergantung pada kesiapan induk untuk memijah, pemilihan induk yang siap untuk di pijahkan menjadi sangat penting. Ciri-ciri induk yang siap dipijahkan yaitu betina berumur > 6 bulan (250 gram) menyebutkan bahwa ciri-ciri induk betina yang matang antara lain adalah bagian perutnya membesar, agak lembek dan lubang saluran telur terlihat membengkak, sedangkan induk jantan yang matang gonad biasanya memperlihatkan warna hitam kelam bagian dagu putih alat kelamin meruncing dengan warna putih bersih dan ujung sirip ekor serta sirip punggung berwarna merah cerah.

Habitat

Ikan Nila mempunyai toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, habitatnya sangat beragam mulai dari sungai, waduk, danau, rawa, sawah, kolam hingga tambak. Ikan Nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu22-37 c suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan  ikan nila adalah 25-30 c . Pertumbuhan akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 38 c ikan nila mempunyai daya toleransi yang tinggi terhadap salinitas (euryhaline) Ikan Nila dapat tumbuh dan berkembang-biak pada kisaran salinitas 0-29/ppm.

Jika kadar garamnya antara 29-35/00 ikan nila masih bisa tumbuh tetapi tidak bisa berproduksi. Benih Ikan Nila biasanya lebih cepat menyesuaikan diri dengan perubahan salinitas bila di bandingkan dengan ikan nila yang berukuram besar.

Untuk melihat produk lengkap kami dan pelajari lebih lanjut tentang benih unggul dan berkualitas. Jika Anda tertarik untuk informasi lebih lanjut mengenai cara pemesanan dan informasi produk serta harga, silahkan Hubungi Kami .

 

admin

Write a Reply or Comment